SELAMAT HARI RAYA GALUNGAN DAN KUNINGAN
Umat Hindu Bali di tengah masa pandemi covid-19, tidak menghalangi diri untuk merayakan hari raya Galungan dan Kuningan.
Hari raya Galungan mengandung makna sebagai kemenangan Dharma (Kebajikan) melawan Adharma (Kejahatan).
Bila dikaji dari Mitologi Hindu Bali yakni bermula dari Kemenangan Bethara Indra dalam mengalahkan kejahatan Raksasa Mayadenawa.
Makna Galungan tertuang dalam lontar Sundarigama yang berbunyi “Buda Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep (Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan. Arahkan untuk bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.)”
Pengacara muda Bali, I Putu Agus Putra Sumardana, yang kini telah ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Bali Partai Rakyat Adil Makmur (Partai PRIMA), berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Rakyat Adil Makmur dengan Nomor: SK-19.18/DPP-PRIMA/X/Tahun 2021 tertanggal 19 Oktober 2021, memaknai Galungan bukan hanya kemenangan peperangan secara fisik namun kemenangan melawan keegoisan, hawa nafsu dan sifat-sifat buruk dalam diri sendiri.
“Bagaimana kita sebagai umat Hindu Bali mengedepankan mulat sarira (introspeksi diri) sehingga dapat mengalahkan nafsu dalam diri yang terdiri dari 3 (tiga) kala yaitu:
- Kala Amangkurat (nafsu ingin selalu berkuasa)
- Kala Dungulan (nafsu untuk mengalahkan semua yang dimiliki oleh teman)
- Kala Galungan (nafsu untuk menang dengan menghalalkan segala cara)
Hari raya Galungan juga disebut sebagai hari pawedalan jagat/hari ulang tahunnya jagat raya, sehingga umat Hindu Bali pada hari raya Galungan menghaturkan sesajen sebagai wujud rasa syukur, bakti, kagum terhadap isi jagatraya ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Hari raya Galungan memiliki makna yang tinggi sehingga rangkaian hari raya Galungan pun memiliki sarat makna, diantaranya:
- Tumpek wariga (upacara untuk memuliakan tumbuhan/pohon yang memiliki peran besar dalam kehidupan manusia dan jagat raya)
- Sugihan Jawa (upacara menyucikan segala sesuatu yang negatif yang berasal dari luar diri/Bhuana Agung)
- Sugihan Bali (upacara menyucikan segala sesuatu yang negatif yang berasal dari dalam diri/Bhuana Alit
- Penyekeban (menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Agama)
- Penyajan (memantapkan diri untuk merayakan hari raya Galungan)
- Penampahan Pembuatan penjor sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penyembelihan babi sebagai simbol untuk membunuh semua nafsu kebinatangan yang ada dalam diri.
- Galungan dimulai dari persembahyangan di rumah masing-masing lalu menuju Pura.
- Umanis Galungan, awal kehidupan baru, umat hindu Bali saling mengunjungi sanak saudara untuk saling maaf memaafkan atau berlibur ke tempat rekreasi.